Kode biru atau code blue menandakan keadaan darurat di rumah sakit yang menggambarkan status kritis pasien.
Code blue menunjukkan keadaan darurat medis seperti henti jantung atau pernapasan, dikutip dari Healthline.
Mengutip WebMD, staf rumah sakit akan memunculkan code blue jika pasien mengalami serangan jantung, masalah pernapasan, atau keadaan darurat medis lainnya.
Rumah sakit biasanya telah memiliki tim respons cepat yang siap bekerja ketika muncul kode biru.
Sebagian besar rumah sakit mengandalkan sistem pengodean standar untuk mengomunikasikan keadaan darurat.
Kode tidak terbatas peristiwa medis.
Saat ini tidak ada standar nasional yang ditetapkan untuk kode darurat.
Mungkin saja ada beberapa perbedaan cara rumah sakit menggunakan kode biru.
Kode rumah sakit memungkinkan staf untuk cepat mengomunikasikan status situasi dengan kata-kata yang minim.
Kode biru biasanya memberi tahu staf rumah sakit, pasien memerlukan resusitasi atau pertolongan pertama keadaan darurat medis.
Code blue juga dibagi dalam subkategori.
Kode biru juga bisa mengingatkan staf untuk memberikan bantuan kepada pasien yang mengalami stroke tanpa menentukan usia pasien.
Di beberapa tempat, kode biru dibagi dalam subkategori, yaitu: 1.
Code blue Darurat medis pasien dewasa yang tidak memungkinkan pergerakan pasien.
2.
Code blue pediatric Kondisi darurat medis untuk anak kecil yang tidak memungkinkan pergerakan pasien.
3.
Code blue neonate Kondisi darurat medis bayi yang tidak memungkinkan pergerakan pasien.
Anggota tim code blue mungkin memiliki pengalaman dengan dukungan kehidupan jantung lanjut atau pasien resusitasi.
Tim juga bisa mencakup spesialis, seperti ahli anestesi atau dokter penyakit dalam.
Code blue digunakan ketika pasien mengalami situasi, yaitu: Tanggapan rumah sakit terhadap panggilan code blue bervariasi, tergantung kondisi pasien.
Dokter medis biasanya mengambil alih situasi kode biru.
Jika dokter atau perawat menelepon, karena jantung pasien berhenti atau tak menemukan tanda-tanda pernapasan, mereka mulai melakukan CPR yang bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali.
Upaya lain yang bisa dilakukan pemberian napas buatan kepada pasien.
Ini melibatkan masuknya Endotracheal Tube (ET) atau tabung endotrakeal melalui mulut atau hidung pasien ke dalam trakea.
Selang harus melewati pita suara, pasien tidak akan bisa berbicara sampai ET diangkat staf.
Intubasi membantu upaya resusitasi selama kode biru untuk membuka jalan napas pasien.
Sedangkan jika detak jantung pasien tidak teratur, staf bisa memutuskan untuk menggunakan Automated External Defibrilator atau AED untuk membangun kembali irama jantung yang stabil.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.